Puasa Transformasi Qalbu/Hati

Puasa yang lahiriah harus disertai dengan puasa batiniah, yaitu, transformasi qalbu (hati), agar diterima oleh Allah. Intinya adalah puasa yang disertainya niat dari dalam hati.


Puasa dari Niat Hati yang Baik
Puasa yang tanpa hasrat, yang tanpa keinginan qalbu untuk mengenal Allah, taubat, dan taat, dipandang sia-sia oleh Allah dan tidak diterima-Nya, karena niatnya tidak baik.


Puasa yang lahiriah mencenderungkan manusia kepada hal duniawi saja, di Kerajaan
Dunia. Tetapi dalam Kerajaan Surga, hal ini sia-sia karena mereka sudah mencukupkan
diri mereka dari balasan manusia dan bukan dari balasan Allah. Akan tetapi, Puasa Kerjaan Surgawai ialah puasa yang tidak mencari muka melainkan mendapatkan
pahala yang banyak dari Allah.

 

 

KSI, Surah Matius
6:16 “Demikian pula halnya pada waktu kamu berpuasa. Janganlah kamu berpuasa seperti orang-orang munafik. Mereka mengubah air muka mereka dan bermuka masam, supaya orang-orang dapat mengetahui bahwa mereka sedang berpuasa. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, mereka sudah mendapat pahalanya. 17 Tetapi pada waktu engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan basuhlah mukamu. 18 Dengan begitu, tidak ada yang dapat melihat bahwa engkau sedang berpuasa, kecuali Bapamu yang tidak kelihatan itu. Ia, yang melihat apa yang tidak kelihatan, akan membalas perbuatanmu.”

 


Niat Hati yang Baik Itu Merendah
Puasa yang taat saja ialah sia-sia jikalau tidak disertai hati yang merendah. Allah meninggikan orang yang merendahkan dirinya.

 


KSI, Surah Lukas
18:9 Lalu Isa Almasih menyampaikan lagi suatu ibarat kepada orang-orang yang merasa diri benar dan menganggap rendah orang lain. 10 Sabda-Nya, “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Seorang di antaranya adalah orang dari mazhab Farisi dan yang lainnya adalah seorang pemungut cukai. 11 Orang dari mazhab Farisi itu berdiri dan berdoa begini di dalam hatinya, ‘Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu karena aku tidak seperti orang lain. Aku bukan perampas, bukan orang yang tidak adil, bukan pezina, dan bukan pula seperti pemungut cukai ini. 12 Aku berpuasa dua kali seminggu dan aku pun mempersembahkan kepada Tuhan sepersepuluh dari penghasilanku.’ 13 Akan tetapi, pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh dan tidak berani menengadah ke langit. Sambil memukul-mukul dada tanda menyesal ia berkata, ‘Ya Allah, kasihanilah aku, orang yang berdosa!’ 14 Aku berkata kepadamu, pemungut cukai itu pulang ke umahnya sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah, bukan orang dari mazhab Farisi itu. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan. Tetapi sebaliknya, barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

 

 

 

 

Dengan teman dan/atau saudara bahaslah pertanyaan2 ini:

  1. Apa yang dipelajari tentang puasa?
  2. Bagaimana menerapkan ayat-ayat ini dalam kehidupan pribadi? (“Saya akan…”)
  3. Kepada siapakah (teman2/ keluarga) akan saudara bagikan cerita ini? Kapankah?