Dimana Aku Menemukan Damai

Langkah perjalanan rohani Matin kepada Isa dimulai dalam perjalanan ke Kabul. Jaringannya dengan teman-temannya yang penuh damai-kasih kadang-kadang membawanya kepada pengikut Isa. Dia menikmati mendengarkan mereka berbincang-bindang tentang bagaimana Isa telah datang membawa damai Allah dan pada akhirnya akan mengembalikan perdamaian kepada seluruh dunia. Keingintahuannya tentang jelmaan Allah menjadi lebih dalam ketika dia mulai bekerja dengan Daud. 

Keputus-asaannya untuk lari dari kekisruhan di Kabul, aktivitas utama Matin pada kesehariannya pada waktu libur adalah berjalan menyusuri hutan di bukit di bagian utara kota negaranya. Di sana dia berdoa—untuk dirinya sendiri, teman-temannya, keluarganya, negaranya, tapi khusus untuk mengakhiri perang yang tak kunjung selesai. Dia meminta Allah untuk hal ini setiap kali dia berpetualang masuk ke hutan. Orang Afganistan lelah berperang dan perlu istirahat, dan dia merasa doanya menyusuri hutan adalah sebuah pelayanan untuk bangsa Afgan. 

Matin telah memberitahu Daud tentang perjalanannya dalam menyusuri hutan, dan temannya telah berjanji untuk berdoa bahwa waktu Matin sendiri dalam lembah akan membawanya lebih dekat kepada Allah. Untuk mempersiapkan liburan beberapa hari, kedua orang laki-laki telah bekerja lembur semalam sebelumnya, tapi Matin merasa tiba-tiba mempunyai energi untuk liburan khusus ini. Dia bangun lebih pagi dan menuju tempatnya yang biasa. 

Udara yang kering menyegarkan Matin ketika dia berjalan menuju ke lembah. Dia dapat merasakan kekuatan dalam jiwanya dan ketika dia tiba digugusan jintan yang disukainya, dia berhenti dan mengangkat lengannya untuk bersyukur kepada Allah atas hidupnya. Matin menutup matanya, tapi rasa yang aneh mengganggu perhatiannya sebelum dia dapat mengucapkan syukurnya. Dia tahu bahwa sebelum dia membuka kedua matanya: dia tidak sendiri. 

Seorang Laki-laki dalam jubah putihnya berdiri di tengah lingkaran kasar yang terbentuk dari enam gugusan pohon jintan. Menghadapi siapapun sejauh ini pada langkah utama sepertinya bukanlah hal yang baik pada bagian ini, tapi disamping ketakutan, malah kedamaian memenuhi tubuh Matin. Dia segera mengenal rasa itu seperti yang dijabarkan di dalam Injil yang Daud telah bacakan ayatnya. Sebelum Laki-laki itu berbicara, Matin juga tahu bahwa dia melihat Isa. 

Awalnya, sinar dari jubah Laki-laki itu sangat mempesona Matin. Sangat terang tapi tidak kasar; dia dapat memandangNya tanpa harus menyipitkan matanya. Kemudian dia melihat kedua mataNya, dan Matin tidak dapat memalingkan mukanya. Untuk beberapa menit, kedua laki-laki tersebut berbicara sebagai sahabat karib. Matin merasakan bahwa Orang ini telah mengenalnya selama hidupnya—yang mana, tentu, DIA telah mengenalnya. Sepertinya tak nampak suatu apapun yang disembunyikan, dan memang tidak diperlukan. Walau seorang yang baik seperti Matin telah melakukan yang memalukan, tapi semuanya seketika itu baik-baik saja. Hanya kehadiran Isa yang penting. 

Dalam perjalanan pulang sore hari itu, kaki-kaki Matin terasa seperti tidak menepakan di atas tanah. Apakah hal ini benar-benar terjadi? Dia bertanya kepada dirinya sendiri berkali-kali, dan setiap kali, jiwanya meyakinkannya bahwa itu terjadi. 

Keesokan harinya, Matin menuju ke hutan lagi. Dia mencoba untuk tidak mengijinkan dirinya sendiri berharap kalau Isa akan berada di sana untuk kedua kalinya. Dia tidak ingin waktu yang mempesona kemarin dirusak oleh kekecewaannya hari ini, tapi Teman baru Matin tidak mengecewakannya. Ketika dia melangkah masuk ke gugusan pohon jintan, dia dapat melihat bahwa Isa telah menunggunya. Tepat seperti sehari sebelumnya, mereka berbincang-bincang, kata-kata Pria berjubah itu menggali masuk ke dalam hati Matin.

Pada hari ketiga mereka di hutan, Isa dan Matin mulai berdiskusi tentang apa yang membawa Matin ke hutan waktu pertama kali hampir setahun yang lalu. Isa meyakinkan Matin akan kasihNya dan kemudian berbicara tiga kalimat yang mengubah hidup seorang Afgan selamanya: “Matin, kamu merindukan damai. Tapi damai di dalam dunia ini hanya sementara saja. Kamu tidak dapat mempunyai damai yang kekal sampai kamu mengasihi Pangeran Damai atau Isa.” 

Selama tiga bulan, Isa bertemu dengan Matin setiap kali dia berada di lembah. Sama seperti Laki-laki dari surga melakukan dengan umatNya dalam Kitab Suci, DIA bertanya kepada orang pengasih-damai dari Afganistan untuk mengikutiNya. Dan seperti pahlawan barunya dalam kitab, Matin berkata dia akan mengikutiNya.