Apakah Kekerasan Jawabannya?

Bersama tiga juta orang Islam Syiah dari Irak lainnya, Hasan tinggal di seberang Sungai Tigris di Sadr, Baghdad. Dibesarkan sebagai seorang Syiah radikal, Hasan sangat senang menjadi diantara salah satu Muslim yang sepaham yang mendapatkan daerah mereka di sebelah Sungai Tigris yang dijuluki Kota Revolusi, karena kebencian mereka terhadap Saddam dan orang-orang Sunni. Kemudian dia menjadi kurang senang, sekalipun dengan kepercayaan garis keras yang menjanjikannya hanya sebuah kemarahan seumur hidup dan kekerasan. Untuk para fundamentalis, Hasan menyadari, bahwa Islam hanya sekedar sebagai identitas daripada sebuah kepercayaan. Untuk Hasan sebenarnya tidak ingin keduanya.

 

“Akankah ini menolongku mengerti mimpi-mimpi itu?” Hasan menatap buku kecil di tangan kanannya dan kemudian menatap kepada wajah seorang tentara Amerika yang memberi buku itu.

“Mimpi?”

 

“Ya mimpi yang aku punya tentang Isa. Itu terjadi terus-menerus padaku.” Pemimpin pasukan yang berpatroli di lingkungan Hasan tersenyum. “Kamu telah memimpikan tentang Isa?”

 

“Ya. Setiap kali aku bangun dari tidurku, aku merasakan sebuah harapan yang aku akan segera dapat mengerti mengapa DIA bicara kepadaku seperti itu.” Hasan melirik pada Kitab Injil dan memegangnya ke arah orang Amerika itu. “Akankah ini memberitahuku tetang apa yang aku perlu tahu tentang DIA? Akankah ini menjelaskan lebih tentang iman dalam DIA, yang kamu bicarakan beberapa kali?”

 

“Kamu akan terberkati ketika kamu membacanya, Hasan. Dan kamu akan melihat betapa menjadi indah, teman Isa yang ada dalam mimpi-mimpimu itu.”