Aku Merasa Sangat Dikasihi

“Isa berjalan bersamaku di sepanjang sisi danau, dan DIA memberitahuku betapa DIA sangat mengasihiku.” Seorang perempuan berpakaian hitam memberitahu Kamal secara rinci tentang mimpinya yang sangat jelas yang dia dapatkan pada malam sebelum pertemuan tersebut. “Aku berpikir bahwa suamiku mengasihiku pada suatu waktu. Akan tetapi kasih itu yang aku rasakan dalam mimpiku – kasihNya –berbeda daripada yang lainnya yang pernah aku alami. Aku belum pernah merasa sebegitu damainya di dalam hatiku. Aku tidak mau pergi. Aku tidak mau DIA pergi juga. Aku bertanya kepada Isa, ‘Mengapa Engkau mengunjungiku, seorang Ibu Muslim yang miskin dengan delapan anak?’ Dan DIA hanya berkata, ‘Aku mengasihimu, Noor. Aku telah memberikan segalanya kepadamu. Aku mati untukmu.’”

Suara hiruk-pikuk di pasar mulai menghilang dari kesadaran Kamal. Dia hanya mendengar suara Noor menjelaskan pertemuan Noor di dunia lain dengan Isa Al-Masih. “Ketika DIA berbalik untuk pergi, kata terakhir yang Isa katakan adalah, ‘Bertanyalah kepada temanKU esok hari tentang AKU. Dia akan menceritakanmu tentang semua yang kamu perlu dalam hal untuk mengerti mengapa AKU mengunjungimu.’ ‘Tapi, Isa, siapakah temanMU?’ Aku memohon di dalam mimpiku. ‘Inilah temanKU.’ Isa menunjuk ke kebelakang kami.

‘Dia telah berjalan di belakang kita selama kita bersama.’”

Dengan cadarnya yang sedikit terbuka, Noor memandangi Kamal seakan-akan baru saja dia bertemu dengannya untuk pertama kali. Noor melanjutkan, “Sebelum DIA berkata itu, aku tidak memperhatikanmu. Tapi kamu juga berada di sana—berdiri dekat disepanjang mimpiku. Bahkan kamu berjalan dengan kami menuju ke danau, aku tidak melihat orang lain hanya Isa. Aku berpikir aku hanya sendirian bersamaNya. Wajahnya sangat indah. Aku tak dapat berpaling dariNya.”

“Isa tidak memberitahu namamu, tapi kamu mengenakan baju yang sama dengan yang kamu pakai sekarang, dan kacamatamu… sama juga. Dalam mimpiku, wajahmu memancar seperti yang Isa katakan, sungguh, temanmu. Aku tahu aku tidak akan melupakan senyummu.”

“Tapi DIA lebih lagi daripada yang aku pikirkan tentang DIA sebelumnya. Aku belum pernah dikasihi seperti sebelumnya ketika Isa berjalan bersamaku dalam mimpi itu. Aku tidak merasakan ketakutan.” Noor memandangi Kamal kembali. “Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa tidak malu.” Suara Noor tiba-tiba pelan berbisik; Kamal tegang mendengarkannya. “Walaupun DIA seorang laki-laki, aku tidak merasa takut. Aku tidak merasa terancam. Aku merasa … damai yang sempurna.” Noor tersenyum.